Selasa, 03 Februari 2015

Sejauhmana Peran Pemuda Lampung Utara Mengatasi Konfik

Sejauhmana Peran Pemuda Lampung Utara Mengatasi Konfik

  Aelx BW – lampungtoday.com
Lampung Utara : Menyikapi sejauhmana peran pemuda dan masyarakat mengatasi konflik sosial di Lampung Utara. Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar kegiatan Dialog Lintas Element Masyarakat, Jumat (30/01/2015) di aula rumah makan Taruko Jaya I, Jalan Alamsyah Ratu Prawira Negara (ARPN), Kelapa Tujuh, Kotabumi, ysng dihadiri Asisten I Pemkab Lampura Supardi Sarbini, Kasdim 0412 Lampura, Mayor Inf. M. Aziz, Kabag Ops Lampura, Kompol M. Syahirul A. Rambe, Kepala Kesbangpol dan Linmas Murni Rizal, Kasat Binmas Polres Lampura AKP Hadi S.
Kabag Ops Polres Lampung Utara Kompol M. Syahirul A. Rambe, menerangkan‎, konflik sosial yang sering terjadi merupakan benturan fisik antara dua kelompok atau lebih, yang berlangsung dilingkungan, yang berdampak luas sehingga mengganggu stabilitas keamanan secara Nasional. " Akibatnya pembangunan tidak dapat dilaksanakan, dan tentu akan terganggu," ucapnya.
Karena itu, pihaknya mengatakan solusi yang dinilai cukup efektip dengan adanya peran masyarakat seperti digalakkannya siskamling, gotong royong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk rembuk pekon. "Jika ada persoalan dimasyarakat sebaiknya diselesaikan lebih dulu di masyarakat, untuk mencari solusinya," ujar dia seraya menuturkan‎
Diungkapkan Kabag Ops, tahun 2013 hingga 2014, konflik sosial di Kabupaten Lampura, kebanyakan terkait masalah sengketa tanah. Tak hanya itu, ‎konflik sosial dari main hakim sendiri dan terjadinya kasus larian (Kawin Lari, red) yang bisa menimbulkan ketegangan masing-masing kedua belah pihak, sering muncul di Kabupaten tertua di Lampung. " Dua tahun terakhir ada 5 kasus dari konflik sosial, rincian 2014 3 kasus, 2013 dua kasus," kata dia.‎
Kasdim 0412 Lampura, Mayor Inf. M. Aziz, mengatakan peran serta pemuda dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam strategi penanganan konflik sosial di Lampura. Strategi penanganan, ia mengatakan tidak ada satupun yang tuntas diselesaikan.  " Saya rasa tidak ada konflik yang benar-benar selesai. Karena itu penyelesaian, kembali kemasyarakat sendiri. Penyelesaian dapat diselesaikan apabila masyarakat mempunyai pendidikan yang tinggi," tandasnya.
Selain itu, kata Mayor Inf. M. Aziz, organisasi Kepemudaan, Lembaga Swadya Masyarakat juga mempunyai tanggung jawab untuk mencegah konflik. Dan tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, sebagai orangtua yang menasehati untuk mencegah terjadinya konflik. " TNI membantu kepolisian, dan sifatnya mencegah konflik. Tetapi terbatas dengan kemampuan dan personil," katanya. Kepala Kesbangpol dan Linmas Murni Rizal, mengungkapkan ada tiga tahapan penanganan konflik. Pertama melalui kegiatan pra konflik, meliputi pencegahan seperti deteksi dini. " Hal ini dilakukan dengan komunikasi melalui semua elemen dimasyarakat, forum kewaspadaan dini masyarakat, deteksi dini ada di forum tersebut," ungkapnya

PMII Demo 4 Instansi Penegak Hukum


 images/img_artikel/small_61demo instansi.jpg
KOTABUMI - Pemberantasan tindak pidana korupsi jangan hanya sekedar slogan dan retorika semata, tetapi harus benar benar ditegakkan dan tentunya tidak tebang pilih. Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Lampung Utara (Lampura) meminta aparat penegak hukum setempat tidak tebang pilih dalam menangani berbagai kasus-kasus korupsi yang terjadi di kabupaten tertua di Lampung ini.
Pernyataan itu sebagaimana disampaikan koordinator aksi PMII, Rio Kusuma saat menggelar aksi unjuk rasa, Selasa (9/12), dalam rangka memperingati hari anti korupsi sedunia di Kotabumi Lampura. Aksi unjuk rasa yang dimulai dari depan kantor Bupati Lampura ini sempat mengundang perhatian pengguna jalan, sebab terjadi kemacetan panjang. Aksi kemudian dilanjutkan ke kantor Pengadilan Negeri dan kantor Kejaksaan Negeri Kotabumi. Dalam orasinya, para mahasiswa ini meminta aparat penegak hukum bekerja profesional dalam menangani kasus-kasus hukum yang ada di Lampura. Meski mendapat pengawalan ketat aparat dari Polres Lampura, aksi massa ini berlangsung tertib dan damai.
Di kantor bupati, puluhan masa PMII ini disambut sejumlah pejabat teras Pemkab Lampura dan sempat berdialog dengan Nur Ikshan, Kabid Pelatihan Dasar Sat Pol PP. Sementara di kantor PN, kehadiran pengunjuk rasa disambut oleh Aria, dan di kantor Kejaksaan Negeri langsung disambut oleh Kepala Kejaksaan Negeri Kotabumi, Lila Agustina.
Aksi ini dilakukan selain dalam rangka memperingati hari anti korupsi sedunia juga untuk mengingatkan para penegak hukum yang ada di Kabupaten Lampung Utara untuk serius dalam menangani kasus-kasus korupsi yang menjadi musuh bersama seluruh anak bangsa.

"Kita sering kali bersuara keras, anti korupsi, tapi kami minta ini jangan sebatas slogan saja, tapi harus benar benar ditegakkan, dan dalam penanganannya jangan tebang pilih, adili pejabat yang tersandung kasus korupsi," kata Rio.
Dia menambahkan, banyak diantara kita bersuara keras anti korupsi, namun prilaku kebijakan dan tindakannya justeru memberi angin segar pada koruptor yang ada disekitar kita.
Salah satu contoh buntut dari penangkapan dua pejabat dilingkungan Dinas Pekerjaan Umum (PU) masing Zaiunudin (Ucok) Kabid Binamarga dan Legiono Kasi Peningkatan Jalan yang sekaligus pejabat penanggung jawab teknis kegiatan (PPTK) dan seorang konsultan pengawas Sulistiawan, (8/12) Kepala Kejaksaan Negeri setempat masih memiliki PR beberapa nama yang saat ini memegang jabatan di daerah itu.
Kajari Lila Agustina dihadapan puluhan aksi damai, Selasa (9/12) mengungkap beberapa nama yang  telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi di Kabupaten Lampung Utara, salah satu nama itu RH yang saat ini menjadi pimpinan di DPRD setempat.
Lila menambahkan, berdasarkan hasil audit BPKP, RH telah ditetapkan  menjadi tersangka, dan hasil pengembangan kasus tersebut muncul juga satu nama Oganda alias Enal, berdasarkan surat nomor 54N.8_13/FDI/07/2014 tertanggal 14 juni 2014," terang Kajari.
Namun pihak Kejari Kotabumi hingga saat ini belum dapat melakukan penahanan terhadap nama tersebut. (mg6/aln)

Rabu, 28 Januari 2015

Raden Intan Sosok Pahlawan Muda Dari Lampung


Radin Inten II



Radin Inten II : (Lampung1834 - Lampung5 Oktober 1858) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai sebuah Bandara Radin Inten II dan perguruan tinggi IAIN Raden Intan di Lampung.
Berdasarkan penelitian, Radin Inten II gelar Kesuma Ratu masih keturunan Fatahillah yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati dari perkawinannya dengan Putri Sinar Alam, seorang putri dari Minak Raja Jalan Ratu dari Keratuan Pugung, cikal-bakal pemegang kekuasaan di keratuan tersebut.
Radin Inten II adalah putra tunggal Radin Imba II gelar Kesuma Ratu (1828-1834). Radin Imba II sendiri putra sulung Radin Inten I gelar Dalam Kesuma Ratu IV (1751-1828). Dengan demikian, Radin Inten II cucu dari Radin Inten I.
Pada saat Radin Inten II lahir tahun 1834, ayahnya, Radin Imba II, ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke P. Timor, akibat memimpin perlawanan bersenjata menentang kehadiran Belanda yg ingin menjajah Lampung. Istrinya yg sedang hamil tua, Ratu Mas, tidak dibawa ke pengasingannya. Pemerintahan Keratuan Lampung dijalankan oleh Dewan Perwalian, yg dikontrol oleh Belanda.
Radin Inten II tidak pernah mengenal ayah kandungnya tersebut, namun ibunya selalu menceritakan perjuangan ayahnya sehingga pada saat dinobatkan sebagai Ratu Negara Ratu, Radin Inten II melanjutkan berjuang memimpin rakyat di daerah Lampung untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya. Perjuangannya didukung secara luas oleh rakyat daerah Lampung dan mendapatkan bantuan dari daerah lain, seperti Banten.
Salah satunya dengan H. Wakhia, tokoh Banten yang pernah melakukan perlawanan terhadap Belanda dan kemudian menyingkir ke Lampung. Radin Inten II mengangkat H. Wakhia sebagai penasihatnya. H. Wakhia menggerakkan perlawanan di daerah Semangka dan Sekampung dengan menyerang pos-pos militer Belanda. Tokoh lain yang juga menjadi pendukung utama Radin Inten II ialah Singa Beranta, Kepala Marga Rajabasa.
Sementara itu, Radin Inten II memperkuat benteng-benteng yang sudah ada dan membangun benteng-benteng baru. Benteng-benteng ini dipersenjatai dengan meriam, lila, dan senjata-senjata tradisional. Bahan makanan seperti beras dan ternak disiapkan dalam benteng untuk menghadapi perang yang diperkirakan akan berlangsung lama. Semua benteng tersebut terletak di punggung gunung yang terjal, sehingga sulit dicapai musuh. Beberapa panglima perang ditugasi memimpin benteng-benteng tersebut. Singaberanta, misalnya, memimpin benteng Bendulu, sedangkan Radin Inten II sendiri memimpim benteng Ketimbang.
Melihat munculnya kembali perlawanan di daerah Lampung setelah reda selama enam belas tahun, pada tahun 1851 Belanda mengirim pasukan dari Batavia. Pasukan berkekuatan 400 prajurit yang dipimpin oleh Kapten Jucht ini bertugas merebut benteng Merambung. Akan tetapi, mereka dipukul mundur oleh pasukan Radin Inten II. Karena gagal merebut Merambung, Belanda mengubah taktik. Kapten Kohler, Asisten Residen Belanda di Teluk Betung, ditugasi untuk mengadakan perundingan dengan Radin Inten II.
Setelah berkali – kali mengadakan perundingan, akhirnya dicapai perjanjian untuk tidak saling menyerang. Belanda mengakui eksistensi Negara Ratu. Raden Inten II pun mengakui kekuasaan Belanda di tempat – tempat yang sudah mereka duduki. Perjanjian itu digunakan Belanda hanya sebagai adem pause menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan besar – besaran. Bagi mereka dengan cara apa pun, Raden Inten II harus ditundukan.
Belanda yakin, selama Radin Inten II masih berkuasa, kedudukan mereka di Lampung akan tetap terancam. Namun, sebelum memulai serangan-serangan baru, Belanda berusaha memecah belah masyarakat Lampung. Kelompok yang satu diadu dengan kelompok yang lain. Di kalangan masyarakat ditimbulkan suasana saling mencurigai. Tugas itu dipercayakan kepda Kapten Kohler.
Di beberapa tempat usahanya berhasil. Pemuka – pemuka masyarakat Kalianda, misalnya, termakan hasutan untuk memusuhi Radin Inten II, sehingga mereka tidak menghalang – halangi pasukan Belanda berpatroli di sekitar Gunung Rajabasa.
Pada tanggal 10 Agustus 1856 pasukan Belanda diberangkatkan dari Batavia dengan beberapa kapal perang. Pasukan ini dipimpin oleh Kolonel Welson dan terdiri atas pasukaninfanteriartileri dan zeni disertai sejumlah besar kuli pengangkut barang. Esok harinya mereka mendarat di Canti. Kekuatan mereka bertambah dengan bergabungnya pasukan Pangeran Sempurna Jaya Putih, bangsawan Lampung yang sudah memihak Belanda.
Iring – iringan kapal perang Belanda yang memasuki perairan Lampung ini dilihat oleh Singaberanta dari Benteng Bendulu. Ia segera mengirim kurir ke Benteng Ketimbang untuk memberitahukan hal itu kepada Radin Inten II yang selanjutnya memerintahkan pasukannya di benteng-benteng lain agar menyiapkan diri.
Belanda mengirim ultimatum kepada Radin Inten II agar paling lambat dalam waktu lima hari ia dam seluruh pasukannya menyerahkan diri. Bila tidak, Belanda akan melancarkan serangan. Singaberanta pun dikirimi surat yang mengajaknya untuk berdamai. Sambil menunggu jawaban dari Radin Inten II dan Singaberanta, pasukan Belanda mengadakan konsolidasi. Radin Inten II pun meningkatkan persiapannya.
Benteng-benteng diperkuat. Beberapa orang kepercayaannya diperintahkan memasuki daerah-daerah yang sudah dikuasai Belanda untuk menganjurkan penduduk di tempat tersebut agar mengadakan perlawanan. Sampai batas waktu ultimatum berakhir, baik Radin Inten II maupun Singaberanta tidak memberikan jawaban.
Maka, pada tanggal 16 Agustus 1856 pasukan Belanda pun mulai melancarkan serangan. Sasaran mereka hari itu ialah merebut Benteng Bendulu. Pukul 08.00 mereka sudah tiba di Bendulu setelah menempuh jarak setapak di punggung gunung yang cukup terjal.
Akan tetapi, mereka menemukan benteng itu dalam keadaan kosong. Singaberanta sudah memindahkan pasukannya ke tempat lain. Ia dengan sengaja menghindari perang terbuka, sebab yakin bahwa pasukan lawan yang dihadapinya jauh lebih kuat. Pasukannya disebar di tempat-tempat yang cukup tersembunyi dengan tugas melakukan pencegatan terhadap patroli pasukan Belanda yang keluar benteng. Sesudah menduduki Benteng Bendulu, sebagian pasukan Belanda bergerak ke benteng Hawi Berak yang dapat mereka kuasai pada tanggal 19 Agustus.
Di Bendulu, pasukan Belanda berhasil menangkap seorang kemenakan Singaberanta dan 14 orang lainnya. Mereka dipaksa menunjukkan tempat Singaberanta dan menunjukkan jalan menuju Ketimbang. Semuanya mengatakan tidak tahu. Namun, mereka terpaksa menunjukkan tempat Singaberanta menyimpan senjata, antara lain 25 tabung mesiu, 1 pucuk meriam, 4 pucuk lila, dan beberapa pucuk senapan.
Sasaran utama Belanda ialah merebut benteng Ketimbang, sebab di benteng inilah Radin Inten II bertahan. Untuk merebut benteng ini, kolonel Waleson membagi tiga pasukannya. Satu pasukan bergerak dari Bendulu ke arah selatan dan timur Gunung Rajabasa, satu pasukan bergerak menuju Kalianda dan Way Urang dengan tugas merebut benteng Merambung dan setelah itu langsung menuju Ketimbang.
Pasukan ketiga bergerak dari Panengahan untuk merebut benteng Salai Tabuhan dan selanjutnya menuju Ketimbang. Ternyata, pelaksanaannya tidak semudah seperti yang direncanakan. Kesulitan utama ialah Belanda belum mengetahui jalan menuju Ketimbang. Penduduk yang tertangkap tidak mau menunjukkan jalan tersebut. Oleh karena itu, pasukan yang langsung dipimpin Kolonel Welson dan sudah menduduki Hawi Berak, terpaksa kembali ke Bendulu. Pasukan lain yang dipimpin Mayor Van Ostade berhasil mencapai Way Urang yang penduduknya sudah memihak Belanda. Walaupun pasukan ini sempat tertahan di Kelau akibat serangan yang dilancarkan pasukan Radin Inten II, namun akhirnya mereka berhasil juga merebut benteng Merambung.
Sebenarnya, letak benteng Ketimbang tidak jauh dari benteng Merambung. Akan tetapi, Belanda tidak mengetahuinya. Kesulitan untuk mengetahui jalan menuju Ketimbang baru dapat mereka atasi pada tanggal 26 Agustus. Pada hari itu Belanda berhasil menangkap dua orang anak muda. Seorang diantaranya ditembak mati karena berusaha melarikan diri. Yang seorang lagi diancam akan dibunuh bila tidak mau menunjukkan jalan ke Ketimbang. Anak muda itupun terpaksa menuruti kehendak Belanda.
Setelah jalan ke Ketimbang diketahui, Kolonel Welson segera memerintahkan pasukannya untuk melakukan serbuan. Subuh tanggal 27 Agustus mereka mulai bergerak. Ketika tiba di Galah Tanah pukul 10.00 mereka dihadang oleh pasukan Radin Inten II. Pertempuran di tempat ini dimenangi oleh Belanda. Begitu pula pertempuran berikutnya di Pematang Sentok. Sebagian pasukan ditinggalkan di Pematang Sentok dan sebagian lagi meneruskan gerakan ke Ketimbang. Tengah hari pasukan ini sudah tiba di Ketimbang. Sesudah itu datang pula pasukan lain, termasuk pasukan Pangeran Sempurna Jaya Putih. Ternyata, benteng Ketimbang sudah ditinggalkan oleh Radin Inten II dan pasukannya. Dalam benteng ini Belanda menemukan bahan makanan dalam jumlah yang cukup banyak. Benteng Ketimbang sudah jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi, Kolonel Welson kecewa, sebab Radin Inten II tidak tertangkap atau menyerah.
Welson mengirimkan pasukannya ke berbagai tempat untuk mencari Radin Inten II. Sebaliknya, untuk mengacaukan pendapat Belanda, Radin Inten II menyebarkan berita-berita palsu melalui orang-orang kepercayaannya. Beredar berita bahwa ia sudah menyerah di Way Urang. Welson pun segera menuju Way Urang. Ternyata, orang yang dicarinya tidak ada di tempat itu. Seorang perempuan melaporkan pula bahwa Radin Inten II ada di Rindeh dan hanya ditemani oleh beberapa orang pengikutnya. Berita itu pun ternyata berita bohong. Suatu kali, Belanda mengetahui tempat persembuyian Radin Inten II. Tempat itu pun dikepung di bawah pimpinan Kapten Kohler. Akan tetapi, Radin Inten II berhasil meloloskan diri.
Sampai bulan Oktober 1856 sudah dua setengah bulan Belanda melancarkan operasi militer. Satu demi satu benteng pertahanan Radin Inten II berhasil mereka duduki. Namun, Radin Inten II masih belum tertangkap. Sementara itu, Belanda mendapat laporan bahwa Radin Inten II sudah pergi ke bagian utara Lampung, menyeberangi Way Seputih. Berita lain mengabarkan bahwa Singaberanta berada di Pulau Sebesi.
Belanda mengarahkan pasukan untuk memotong jalan Radin Inten II. Pasukan juga dikirim ke Pulau Sebesi untuk mencari Singaberanta. Hasilnya nihil. Baik Radin Inten II maupun Singaberanta tidak mereka temukan. Kolonel Welson hampir putus asa, ia merasa dipermainkan oleh seorang anak muda berumur 22 tahun.
Akhirnya, Waleson menemukan cara lain. Ia berhasil memperalat Radin Ngerapat. Maka pengkhianatan pun terjadi. Radin Ngerapat mengundang Radin Inten II untuk mengadakan pertemuan. Dikatakannya bahwa ia ingin membicarakan bantuan yang diberikannya kepada Radin Inten II. Tanpa curiga, Radin Inten II memenuhi undangan itu. Pertemuan diadakan malam tanggal 5 Oktober 1856 di suatu tempat dekat Kunyanya. Radin Inten II ditemani oleh satu orang pengikutnya. Radin Ngerapat disertai pula oleh beberapa orang. Akan tetapi, di tempat yang cukup tersembunyi, beberapa orang serdadu Belanda sudah disiapkan untuk bertindak bila diperlukan. Radin Ngerapat mempersilahkan Radin Inten II dan pengiringnya memakan makanan yang sengaja dibawanya terlebih dahulu.
Pada saat Radin Inten menyantap makanan tersebut, secara tiba-tiba ia diserang oleh Radin Ngerapat dan anak buahnya. Perkelahian yang tidak seimbang pun terjadi. Serdadu Belanda keluar dari tempat persembunyiannya dan ikut mengeroyok Radin Inten II. Radin Inten II tewas dalam perkelahian itu. Malam itu juga mayatnya yang masih berlumuran darah diperlihatkan kepada Kolonel Welson.
Raden Inten II tewas karena pengkhianatan yang dilakukan oleh orang sebangsanya dalam usia sangat muda, 22 tahun. Pada tahun 1986 Pemerintah Republik Indonesia menganugerahinya gelar pahlawan nasional (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 082 Tahun 1986 tanggal 23 Oktober 1986)


Kurikulum Kaderisasi PMII

KURIKULUM KADERISASI FORMAL di-ORGANISASI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)

A.MASA PENERIMAAN AGGOTA BARU (MAPABA) 
a.Pengertian
Masa penerimaan anggota baru (Mapaba) adalah masa penerimaan anggota baru dan merupakan orientasi ataupun pengenalan awal yang jiga merupakan forum pengkaderan formal tingkat pertama. Pada masa ini lebih ditekankan pada doktrinasi idelogi untuk membentuk kadaer yang memiliki komitmen. Loyalitas pada pergerakan selanjutnya. 

b.Model pendekatan 
Dalam pmii mapaba merupakan wahana awal pengenalan pmii dan penanaman nilai-nilai (doktrinasi) yang ada di PMII dan juga membangun idealitas social. Pada fase ini harus ditanamkan makana idealisme yang bermuatan religius bagi mahasiswa dan urgensi perjuangan untuk idealisme itu mulai PMII baik pada struktur formalnya sebagai organisasi ataupun sebagai aspek substansinya sebagai komunitas gerakan mahasiswa yang berlatar kultur islam. 

c.Tujuan dan target 
Tujuan dan target yang hendaknya dicapai pada masa mapaba ini adalah: 
1.Tertanamnya keyakinan pada setiap individu anggota bahwa PMII adalah organisasi kemahasiswan yang paling tepat untuk mengembangkan diri (potenssi) dan PMII sebagai way of life.
2.tertanamya keyakinan pada setiap individu anggota bahwa PMII adalah wahana untuk memperjuangkan idealisme, dalam konteks kemahasiswaan, kebangsaan, ataupun kenasyarakatan. 
3.memiliki keyakinan terhadap ahlu sunnah wal jamaah (aswaja) sebagai mazhab yang tepat untuk mengembangkan diri, memperjuangkan idealisme, dan untuk memahami dan mendalami islam. 
4.dari mapaba ini out put yang dinginkan adalah kader yang memiliki komitmen dan militan terhadap PMII kedepan. 

d.Kurikulum 
☼SESI 1 
BINA SUASANA 
1.Tujuan 
Peserta, panitia, dab fasilitator mengetahui semua komponen yang terlibat dalam pelathan, sehingga dalam proses pelatihan dapat terbina sehingga suasana penuh dengan keakraban disemua komponen tersebut. Disepakatinya beberapa aturan main selama pelatihan berlangsung (kewajiban, hak-hak, kekwatiran-kekwatiran dan harapan) peserta selama mengikuti pelatihan tersebut. 
2.Pokok bahasan
Pada pokok bahasan ini ada 5 (lima) yang hendahnya diberikan: 
a)Perkenalan 
b)Penyusuanan harapan, dan kekwatiran peserta, panitia, fasilitator pelatihan. 
c)Citra diri peserta 
d)Kontrak belajar. 
e)Materi-materi MAPABA. 
3.Bahan-bahan 
a)Kertas plano 
b)Spidol 
c)Kertas kecil-kecil 
4.Metode 
a)Tanya jawab 
b)Permainan 
c)Brainstorming 
5.Proses kegiatan 
a)panitia atau fasilitator membuka sesi dengan memperkenalkan identitas dirinya, dan meminta tiap-tiap peserta untuk memperkenalkan identitas dan pengelaman dirinya. 
b)Fasilitator meminta tiap-tiap peserta untuk mengungkapkan harapan-harapanya untuk mengikuti seluruh rangkain atau proses pelathan ini serta kekwatiran-kekwatiran yang ditakutkan akan terjadi oleh peserta pelatihan. 
c)Fasilitator meminta pada tiap-tiap peserta untuk menyebutkan hal-hal yang diperlukan demi tertib, lancar, dan suksesnya pelatihan ini. 
d)Fasilitator mendorong terjadinya kesepakatan antara sesama peserta, peserta dan panitia tentang perlunya tata tertib pelatihan . 
e)Semua peserta dan panitia mensepakati tat tertib pelatihan demi kesuksesan pelatihan tersebut. 
6.Waktu 
Bina suasanan ini memerlukan waktu kurang lebih 120 menit untuk optimalnya. 

☼Sesi II 
MATERI AHLUSUNNAH WAL JAMAAH 
1.Tujuan 
Peerta pelatihan ini mampu memahami bahwa, PMII berusaha menggali nialai-nilai ideal moral yang lahir dari pengalaman keberagama’an dan keberpihakan insane warga pergerakan dalam bentul nilai-nilai yang ada dalam aswaja, sebagai ajaran Islam yang moderat. Hal ini dibutuhkan untuk memberikan kepahaman, spirit pergerakan dan sekaligus memberi8kan legitimasi dan memperjelas terhadap apa yang seharusnya dilakukan sebagai warga pergerakan dan untuk mencapai cita-cita perjuangan dan visi misi sesuai dengan maksud didirikannya organisasi ini. Sehingga dengan aswaja ini para kader PMII akan senantiasa memiliki semangat keagamaan (iman) yang tinggi. 
2.Pokok bahansan 
a)Pengertian aswaja
b)Sejarah singkat aswaja 
c)Kondisi keagamaan masyarakat 
d)Konsep dasar aswaja 
e)Perkembangan pemikiran aswaja 
3.Bahan-bahan 
a)spidol
b)kertas plano 
c)makalah 
4.Metode 
a)Ceramah 
b)Dialog 
c)Diskusi kelompok 
d)Diskusi panel 
e)Brainstorming 
5.Proses kegiatan 
a)Moderator/ fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi aswaja. 
b)Moderator memperkenalkan narasumber secara terperinci. 
c)Narasumber/ fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi aswaja ini. 
d)Proses dialog/ klarifikasi. 
e)Diskusi kelompok. 
6.Waktu 
Pada penyampaian serta metode dalam aswaja ini membutuhkan waktu 120 menit/ 2 jam. 

☼Sesi III
MATERI NILAI DASAR PERGERAKAN 
a)Tujuan 
Peserta pelatihan mampu memahami bahwa, PMII berusaha mengali nilai-nilai ideal moral yang lahir dari keberpihakaninsan warga pergerakan dalam bentuk rumusan-rumusan yang diberi nama Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII. Hal ini dibutuhkan untuk memeberikan kerangka, arti, motivasi pergerakan, memberikan legitimasi, dan sekaligus memberikan penjelasan terhadap apa yang harus disampaikan dan dilakukanuntuk mencapai cita-cita perjuangan dan visimisi sesuai dengan maksud yang didirikan organisasi. Sehingga dengan adany NDP ini kader PMII akan senantiasa memiliki rasa kepedulian social yang tinggi (paham dan responsive terhadap persoalan dilingkungan sekitar).
b)Pokok bahasan 
1.Filosofi NDP 
2.Fungsi dan kedudukan NDP 
3.Rumusan NDP 
4.Internalisasi dan implementasi NDP dalam kehidupan keseharian dan berorganisasi. 
c)Bahan-bahan 
1.Spidol 
2.Kertas plano 
3.Makalah 
d)Metode 
1.ceramah 
2.dialog 
3.diskusi 
e)Proses kegiatan 
1.moderator atau fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini. 
2.moderator memperkenalkan narasumber atau fasilitator secara terperinci. 
3.narasumber atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi ssesi ini. 
4.dialog atau klarifikasi. 
f)Waktu 
Untuk membahas materi NDP ini supaya optimal diperlukan waktu 120 menit. 

☼Sesi IV 
materi keorganisasian 
a)Tujuan 
Peserta mampu memahami makna filosofis simbul profil dan gambaran PMII sebagai organisasi pergerakan dalam bingkai konstitusi dan aturan-aturan keorganisasian yang ada, serta dalam bingkai managerial keorganisasian. 
b)Pokok bahasan 
1.Perangkat konstitusi dan aturan-aturan organisasi yang ada di PMII. 
2.Fungsi dan arti konstitusi dan aturan-aturan organisasi yang ada di PMII. 
3.Manajemen keorganisasian. 
c)Bahan-bahan 
1.Spidol 
2.Kertas plano 
3.Makalah 
d)Metode 
1.Ceramah/ presentasi 
2.Dialog
3.Diskusi kelompok 
4.Study kasus 
e)Proses kegiatan 
1.moderator ataufasilitator membuka sesi denga penjelasan umum tentang materi sesi ini. 
2.moderator memperkenalkan narasumber atau fasilitator secara terinci. 
3.narasumber atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan pada materi ini. 
4.dialog dan klarifikasi. 
f)Waktu 
Untuk menyampaikan materi ini memerlukan waktu 120 menit. 
☼Sesi V 
PMII DAN TANGUNGG JAWAB SOSIAL. 
a.Tujuan 
Peserta memahami sejarah Indonesia dalam perspektif sejarah masyarakat dan sejarah ke-bangsa-an dalam fase feudal-primordial-modern (dari zaman kerajaan-sekarang) serta peranan internasional dalam kebangsaan Indonesia. Sehingga memahami logika dan nalar masyarakat dan bangsa sebagai upaya untuk membaca masa depan Indonesia. 
b.Pokok bahasan 
1.Sejarah masyarakat di Indonesia. 
2.Peranan internasional dalam kebangsaan Indonesia. 
3.Peran dan posisi Indonesia dalam konteks global. 
c.Bahan-bahan 
1.Spidol 
2.Kertas plano 
3.Makalah 
d.Metode
1.Ceramah 
2.Dialog 
3.Diskusi 
4.Studi kasus 
e.Proses kegiatan 
1.Moderator atau fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini. 
2.Narasumber atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sesi ini. 
3.Dialog dan klarifikasi. 
4.Diskusi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok. 
f.Waktu
Untuk membahas materi ini diperlukan waktu 120 menit. 
Sesi VI 
Materi ke-ISLAMAN 
a.Tujuan 
Peserta memahami prinsip dan nilai-nilai universalitas Islam (iman, islam dan ihsan), memahami perkembangan Islam diIndonesia dalam konteks kesejarahan, perananya diIndonesia serta islam serta fungsi kehadiran islam dalam konteks transformasi social, sehingga peserta mampu meneukan pijakan teologinya untuk memperjuangkan dan menegakkan nilai-nilai universalitas islam. 
b.Pokok bahasan
1.Sejarah dan latar belakang social, politik, ekonomi, dan perkembangan islam di Indonesia. 
2.Prinsip dan nilai-nilai universalitas Islam 
3.Islam, keadilan, dan transformasi social. 
c.Bahan-bahan 
1.Spidol 
2.Kertas plano 
3.Makalah 
d.Metode
1.Ceramah
2.dialog 
3.diskusi kelompok 
e.Proses kegiatan
1.Moderator atau fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini. 
2. Narasumber atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sesi ini. 
3. Dialog dan klarifikasi. 
4. Diskusi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok. 
f. Waktu 
Diupayakan mengunakan waktu 240 menit. 
Sesi ke VII 
Materi ke_Indonesia-an 
a. Tujuan
Peserta mampu memahami sejarah Indonesia dalam perspektif sejarah masyarakat Indonesia dan sejarah kebangsaanya baik dalam fase feudal-primodial-modern (dari zaman kerajaan sampai sekarang) serta peranan internasional dalam kebangsaan Indonesia sehingga mampu memahami logika dan nalar masyarakat dan bangsa sebagai upaya untuk membaca masa depan Indonesia. 
b. Pokok bahasan 
1)sejarah masyarakat Indonesia. 
2)Peranan internasioanal dalam kebangsaan Indonesia. 
3)Peran dan posisi Indonesia dalam konteks global. 
c. Bahan-bahan 
1.Spidol 
2.Kertas plano
3.Makalah
d.Metode 
1.Ceramah
2.Dialog
3.Diskusi kelompok 
4.Study kasus 
e.Proses kegiatan 
1. Moderator atau fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini.
2. Narasumber atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sesi ini.
3. Dialog dan klarifikasi.
4. Diskusi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok. 
f. Waktu 
Untuk membahas materi ini diperlukan waktu 150 menit.
Sesi VIII
Materi muatan local 
a.Tujuan
peserta memahami dinamika dan dialektika yang terjadi dimasing-masing daerahnya. 
b.Pokok bahasan
1) Antropologi kampus 9geografi, psykografi, dan sosiologis) 
2) Sejarah dan dinamika PMII local 
3) Materi tenatang disiplin ilmu masing-masing. 
c.Bahan-bahan 
1) Spidol
2) Kertas plano
3) Makalah
d.Metode 
1) ceramah 
2) dialog 
3) diskusi kelompok 
4) studi kasus 
e.Proses kegiatan 
1) moderator atau fasislitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini. 
2) Narasumber atau fasislitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi ini.
3) Dialog atau klarifikasi 
4) Diskusi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok. 
f.Waktu 
Pada materi muatan local membutuhkan waktu 120 menit untuk memberikan pemahaman pada peserta secara integral. 
Sesi IX
General review
a.Tujuan 
Peserta memahami perpaduan antara keseluruhan materi yang telah disampaikan, dapat mereview materi-materi tersebut sehingga mendapatkan pijakan dan keyakinanya untuk memantapkan pilihanya untuk menjadi kader PMII. 
b.Pokok bahasan
1) substansi dari materi-materi yang telah disampaikan.
2) Unsure-unsur kesinambungan anatara antara materi yang telah disampaikan.
3) Urgensi PMII sebagai wahana yang tepat untuk mengembangkan diri dan memperjuangkan ke-Islaman, ke-Indonesisan dan kemasyarakatan. 
c.Bahan-bahan
1) spidol 
2) kertas plano 
3) makalah 
d.Metode 
1) review seluruh materi 
2) dialog 
3) diskusi 
4) brainstorming 
e.Proses kegiatan 
1) panitia atau fasilitator membuka sesi dengan meminta pada tiap-tiap peserta untuk melakukan review materi-materi dan mengevaluasi jalannya atau proses pelatihan. 
2) Fasilitator meminta untuk tiap-tiap peserta untuk menyatakan apakah harapan-harapanya terhadap pelatihan (yang dikemukakan pada saat bina suasana tercapai). 
f. Waktu 
Untuk sesi general mreview ini memerlukan waktu 120 menit, apabila dalam jangka waktu tersebut kurang mencukupi maka dapat ditambah dengan 30 menit. 
Sesi X
RENCANA TINDAK LANJUT
a)Tujuan 
Peserta mampu untuk memahami PMII sebagai komunitas untuk kebersamaan dan gerakan sehingga muncul sense bersama untuk melaksanakan tugas dan kewajiban pasca MAPABA sehingga secara definitive bisa disebit sebagai kader pergerakan. 
b)Pokok bahasan 
1. identifikasi potensi, bakat minat, dan kecenderungan kader. 
2. bentuk-bentuk follow up 
3. kesepakan manajerial pengelolaan follow up.
c)Bahan-bahan 
1. Spidol
2. Kertas plano 
d)Metode 
1. Dialog dan musyawarah
2. Kesepakatan 
e)Proses kegiatan 
1. fasilitator mengambarkan beberapa hal yang bisa dilakukan sebagai kegiatan tindak lanjut dan meminta pada tiap-tiap peserta untuk menyebutkan hal-hal yang diperlukan atau diperlukan untuk proses tindak lanjut pelatihan ini. 
2. fasilitator mendorong agar terjadinya kesepakatan diantara peserta tentang perlunya membuat agenda atau kegiatn bersama sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini. 
3. seluruh peserta menyepakati agenda bersama tyindak lanjut pelatihan. 
f)Waktu 
Pada sesi ini memerlukan waktu 120 dengan kesepakatan akhir RTL dapat dilakukan dikemudian hari. 
Sesi XI 
EVALUASI DAN PENUTUPAN
a.Evaluasi 
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dai pelatihan, untuk mengukur apakah target, harapan, dan kekhawatiran terpenuhi dan terjadi selama proses MAPABA berlangsung. Hal ini akan berguna sebagai masukan dan pertimbangan dalam pelaksanan pelatihan-pelatihan selanjutnya. Hal-hal yang harus dievaluasi adalah mencakup keseluruhan komponen yang terlibat dalam MAPABA, baik metodologi pelatihan, peserta, panitia, fasilitator, pembicara, tempat serta fasilitas dan unsure-unser lain yang terlibat dalam pelatihan. 

b.Penutupan
Penutupan harus dilaksanakan unutk membangun kedisiplinan bersama di PMII karena penutupan adalah kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dalam metode pelatihan. 
c.Follow up
Perlu dilakukan sebagai upaya untuk membangun kesinambungan antar kader-kader baru maupun dengan kader lama dan pengurus PMII (Rayon, komisariat, dan cabang) dan tetap berjalan sebagimana kesepakatan dalam pembahasan follow up mdi MAPABA, selain sebagai forum untuk melakukan pendalaman materi. Dalam follw up berbentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan antara 5-7 sahabat agar memudahkan fasilitator untuk melakukan pendampingan secara intensif. Pengelolaan dan manajerial kelompok kecil ini harsu diserahkan langsung kepada peserta sebagai media untuk uji coba sebelum menangani kepanitian-kepanitiaan di PMII. Ada beberapa hal penting yang hendaknya ditekankan dalam proses follow up, yaitu; 
1) terjadinya kembali internalisasi ideology. 
2) Pendalaman materi mapaba 
3) Membangun ikatan emosional sehingga terbangun kebersamaanbukan petronase. 
4) Mendiskusikan materi-materi lain sesuai dengan kebutuha masing-masing. 
5) Materi-materi ketrampilan yang dapat menunjang dalam perkuliahan dan pengembangan diri. 
6) Tekhnik pembuatan makalah. 
7) Tekhnik presentasi 
8) Tekhnik persidangan 
9) Tekhnik menyususn proposal kegiatan, dll. 

B. PELATIHAN KADER DASAR (PKD) 
Kurikulum Pelatihan Kader Dasar

A. Pengertian
Pelatihan kader dasar (PKD) merupakan pengkaderan formal basic ke dua. Pada fase ini persoalan doktrinasi niai-nilai dan visi PMII, penanaman loyalitas dan militansi gerakan, diharapkan sudah tuntas.
B. Model pendekatan
Karena persoalan doktrinasi nilai, ideology visi-misi PMII yang sudah tuntas, sehingga pendekatan doktrinasi sudaj tidak diperlukan dalam lagi dalam pelatihan kader dasar kedua ini. Tetapi pendekata yang harus dipakai adalah dengan pendekatan partisipatoris aktif, sehingga perana semua unsure yag terlibat dalam pelatihan sangat mempengaruhi terjadinya dinamika dan dialektika selama proses pelatihan berjalan.
C. Tujuan target
Secara garis besar PKD ini bertujuan untuk membekali kader dengan kemampuan-kemampuan praksis dengan pijakan teori dan pengetahuan. Karena itu tujuan dan tarjet yang harus dicapai pada fase ini adalah:
a) tertanamnya keyakinan dan komitmen terhadap dunia gerakan.
b) Penguasa terhadap prinsip-prinsip
D. Kurikulum
Sesi I
Bina suasana
a. Tujuan
Peserta, panitia, dan fasilitator mengetahui semua komponen yang terlibat dalam pelatihan sehingga dapat mengenali dirinya sendiri dan teman epelatihannya, sehingga dapat terbina suasan pelatihan yang penuh keakraban dan kebersamaan diantara semua komponen tersebut. Disepakatinya beberapa aturan main selama pelatihan berlangsung, baik kewajiban, hak dan kekhawatiran-khawatiran yang akan terjadi selama pelatihan berlangsung.
b. Pokok bahasan
1) perkenalan
2) penyususnan, harapan, dan kekhawatiran dari peserta, panitia dan fasilitator.
3) Citra diri peserta.
4) Kontrak belajar.
c. Bahan-bahan
1) kertas kecil secukupnya.
2) Spidol
3) Kertas plano
d. Metode
1) role playing
2) brainstorming
e. Proses kegiatan
1) panitia/ fasilitator membuka sesi dengan memperkenalkan identiytas dirinya, dan meminta tiap-tiap peserta untuk memperkenalkan dirinya “identitas” dan pengalaman dirinya yang dibantu dengan role playing.
2) Fasilitator meminta tiap-tiap peserta untuk mengungkapkan harapn-harapannya selama mengikiti seluruh rangkaian atau proses pelatihan ini serta kekhawatiran-kekhawatiran yang ditakutkan akan terjadi.
3) Fasilitator meminta tiap-tiap peserta untuk menyebutkan hal-hal yang diperlukan atau dilakukan demi tertib, lancar, dan suksesnya proses pelatihan ini.
4) Fasilitator mendorong terjadinya kesepakatan anatara peserta tentang perlunya tatatertib pelatihan.
5) Seluruh peserta mensepakatu selyuruh tatatertib pelatihan.
f. Waktu
Pada waktu bina suasana ini memerlukan waktu selama 120 menit.
Sesi II
Aswaja sebagai manhaj al fikr
1. tujuan
a) peserta mampu memahami dan merekontruksi, sejarah perkembangan pemikiran –pemikiran islam sejak zaman nabi hingg sekarang.
b) Peserta mampu memahami proses kemunculan pemikiran-pemikiran islam sebagai sebuah pengetahuan (teori) dan konstruksi global.
c) Peserta mampu memahami aswaja sebagai metodologi berfikir dalam upaya memahami ajaran-ajaran islam dan landasan gerakan sebagai upaya untuk menemukan posisi gerakan PMII dalam konteks local-nasional dan global.
2. pokok bahasan
a. pengaruh sosio-historis-kultural bangsa arab dan bangsa-bangsa lain terhadap perkembangan pemikiran Islam
b. latar belakang ekonomi-sosial-politik pemerintahan Islam zaman awal terhadap proses pelembagaan madzab dalam Islam.
c. Aswaja sebagai Manhaj al fikr
3. bahan-bahan
a) spidol/karur tulis
b) papan tulis/ kertas plano
c) makalah/materi ceramah
4. metode
a) Ceramah/presentasi
b) Dialog (Tanya jawab)
c) Diskusi kelompok
5. waktu
240 menit dibutuhkan untuk memberikan kepahaman pada peserta pelatihan.
6. proses kegiatan
a) Moderator/fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini;
b) Narasumber/fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sesi ini;
c) Dialog dan/ atau klarifikasi;
d) Diskusi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok

Sesi III: ISLAM DAN TEOLOGI PEMBEBASAN
1. Tujuan
a) peserta memahami latar belakang kemunculan teologi pembebasan dalam perspektif amar makruf nahi munkar
b) peserta memiliki sense-gerakan terhadap kenyataan empiris dalam konteks local-nasional maupun global
c) peserta menginternalisasi dan mengimplementasikan prinsip dan nilai-nilai egalitarianisme dan universalitas Islam.
2. Pokok bahasan
a) Latar belakang kemunculan teologi pembebasan dan perspektif terhadap perubahan.
b) Hakikat amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks perubahan social.
c) Nilai-nilai egaliatarianisme sebagai nilai tertinggi dalam perubahan social.
3. Bahan-bahan
a) Spidol
b) kertas plano
c) makalah
4. Metode
a) ceramah
b) dialog
c) diskusi kelompok
5. Proses kegiatan
a) moderator atau fasilitator membuka sesi dengan penjelasan umum tentang materi sesi ini.
b) Narasumber atau fasislitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi sesi ini
c) Dialog dan atau klarifikasi
d) Diskusi kelompok, dan diskusi pleno membahas hasil diskusi kelompok.
6. Waktu
120 Menit merupakan waktu yang dibutuhkan dalam memahami Islam dan teologi pembebasan.
Sesi IV
PARADIGMA PMII
1. Tujuan
Peserta memahami paradigma gerakan PMII dan menjadikan sebagai metodologi berfikir dan gerakan serta dalam mengimplementasikanya dalam prilaku, sikap, dan kehidupan pribadi, berorganisasi dan berdialektika dalam pergerakan.
2. Pokok bahasan
a) membaca realitas gerakan dan keindonesian sebagai landasan epistemology paradigma gerakan.
b) Filosofi paradigma PMII
c) Rumusan paradigma sebagai strategi gerakan
d) Internalisasi dan implementasi gerakan dalam kehidupan pribadi dan organisasi
3. Bahan-bahan
a) spidol
b) kertas plano
c) makalah
4. Metode
a) ceramah
b) dialog
c) diskusi
5. Proses kegiatan
a) moderator fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan secara umum tentang materi.
b) Narasumber atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan tentang materi
c) Dialog dan klarifikasi
d) Diskusi kelompok dan diskusi pleno
6. Waktu
Pada pembahasan materi ini memerlukan waktu selama 240 menit.
Sesi V
ANALISIS SOSIAL
1. Tujuan
a) peserta mampu memahami realitas masyarakat sebagai landasan analisa dalam perspektrif local-nasional dan global .
b) peserta mampu memahami prinsip-prinsip dan model analisa untuk menentukan strategi dan posisi PMII sebagai organisasi pergerakan
2. pokok bahasan
a) realitas masyarakat
b) prinsip dan model analisa social
c) fungsi analisa social untuk menentukan posisi dan strategi gerakan.
d) Perangkat-perangkat analisa social.
3. bahan-bahan
a) spidol
b) kertas plano
c) makalah
4. metode
a) ceramah
b) dialog
c) diskusi kelompok
d) role playing
5. proses kegiatan
a) moderator atau fasilitator membuka sesis ini.
b) Moderator atau fasilitator menguraikan pokok-pokok bahasan pada materi ini.
c) Dialog atau klarifikasi
d) Diskusi kelompok
6. waktu
pada sesi ini memerlukan waktu 240 untuk pemahan peserta pelatihan.
Sesi VII
ANALISA WACANA
1. Tujuan
2. Pokok bahasan
3. jhjjp jhjjp
4. kuhp
b) peserta mamou memahami alur dan nalar dari setiap kemunculan wacana
c) pesert mampu memahami tekhnik membaca wacana
d) peserta mampu memahami pada apa dibalik wacana-wacana tersebut.
Pokok bahasan
1. Bahan-bahan
7. Metode
8. Proses kegiatan
9. Waktu
C. PELATIHAN KADER LANJUT (PKL)

PELATIHAN KADER LANJUT (PKL)
1.      Pengertian
Pelatihan Kader Lanjut (PKL) merupakan tahapan perkaderan formal basic tingkat ketiga dalam jenjang pengkaderan formal di PMII. Pada fase ini peserta PKL sudah tidak lagi memperdepatkan mengenai persoalan doktrin, manajerial keorganisasian, karena itu pelatihan ini di orientasikan pada pembangunan dan penguatan pengetahuan yang akan menopang pilihan-pilihan gerakan PMII untuk masa sekarang dan masa depan yang berangkat dari pembacaan realiatas secara obyektif.
2.      Model Pendekatan
Karena persoalan majerial ke-organisasian yang sudah tuntas, dengan bekal pemahaman keyakinan terhadap organisasi dan nilai-nilai maka pendekatan pendekatan yang digunakan lebih banyak menggunakan brainstorming dan study kasus. Hal ini sangat strategis untuk menyiapkan kader agar mampu memahami betul mengenai realitas masyarakat dan ke-Indonesiaan yang benar-benar obyektif dan membekali kader dengan pengetahuan sebagai alat analisa serta berbagai kemampuan/skill tertentu sehingga mampu berkompetisi dengan elemen-elemen gerakan yang lain, sebagai upaya agar tetap survive serta memenangkan kompetisi. Sehingga pengetahuan dan pengalaman masing-masing peserta akan sangat signifikan dalam menentukan metodologi pelatihan.
3.      Kegiatan Pra PKL
Kegiatan ini dilakukan sebagai tahapan awal untuk melakukan rekruitmen dan seleksi terhadap para calon peserta PKL yang kemudian disebut dengan screening. Dalam screening ini metode yang digunakan adalah dengan alat bantu makalah dan wawancara. Sehingga para calon peserta diwajibkan untuk membuat makalah dengan dengan tema-tema tertentu dan mempresentasikannya dihadapan Tim khusus yang dibentuk oleh kepanitiaan PKD.

 4.      Gambaran Umum Alur Pelatihan


     5.      Tujuan Dan Alat Analisa Materi PKL
                                                                                                                                                          

    
 6.     Kurikulum


Sesi
Waktu
Materi
Pokok Bahasan
Metode
Bahan-Bahan
I
600 menit
Geopolitik -ekonomi
1.      Peta geopolitik-ekonomi internasional dan dampaknya terhadap negara ketiga dan Indonesia
2.      Pengaruh konstelasi geopolitik-ekonomi terhadap isu dan diskursus yang berkembang
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi geopolitik-geoekonomi dunia
1.     Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus



1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
II
180 menit
Sejarah masyarakat dan social movement dunia dan Indonesia
1.      Alur sejarah dan varian gerakan sosial-politik di dunia dan Indonesia
2.      Watak dan nalar masyarakat dunia dan Indonesia
3.      Sosiologi-Antropologi masyarakat
1.     Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
III
180 menit
Relasi negara-masyarakat Dan Relasi Kuasa
1.      Alur teoretik konsep negara (state) dan masyarakat (civil society)dulu hingga kini
2.      Alur relsasi negara- masyarakat dalam konteks relasi kuasa
3.      Imbasnya terhadap Indonesia
1.     Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
IV
120 menit
Faktor-faktor dan prasyarat perubahan di Indonesia
1.      Faktor-faktor penting gerak sejarah perubahan di Indonesia
2.      Prasyarat-prasyarat perubahan di Indonesia
1.     Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
V
180 menit
Kritik Wacana Agama
1.      Teks, konteks dan relasi kuasa
2.      kritik terhadap tafsir, teks yang pro statusquo
3.      Kritik teks bias jender
4.      Wacana agama yang kritis-transformatif ala Hassan, an-naim, Ashghar, Arkoun, al-jabiri dll
1.     Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
VI
180 menit
Peta pemikiran dan gerakan Islam
1.      Peta gerakan revivalisme, modernisme, tradisionalisme, posttradisionalisme dan Islam liberal
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
VII
120 menit
Membedah “PMII” perspektif ideologi
1.      PMII dan ideologi PMII (transendensi, berfikir kritis, dialektis, transformatif dll.)
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
VIII
120 menit
Membedah “PMII” perspektif organisasi
1.      -Kekuatan dan kelemahan PMII (manajerial, model relasi struktur, jaringan, dana dll)
2.      Leader ship
3.      Kepemimpinan gerakan
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
IX
120 menit
Membedah “PMII” perspektif kaderisasi
1.      Kekuatan dan kelemahan PMII dalam kaderisasi
2.      Citra diri kader PMII
3.      Fase-fase pengkaderan dan tipologi kader
4.      Relasi kader dan alumni
5.      Tantangan ke depan berkaitan dengan kaderisasi
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
X
150 menit
Membedah “PMII” perspektif format, strategi dan taktik pergerakan
1.      Kesadaran “PMII” tentang  orientasigerakan PMII
2.      Posisi tawar PMII di medan pergerakan
3.      PMII dalam relasi“kekuasaan”
4.      Format ideal gerakan PMII kultural-struktural (?)
5.      Strategi dan taktik gerakan PMII ( kesadaran relasi kawan-lawan, aliansi taktis-strategis)
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XI
120 menit
Membedah “PMII” perspektif kepemimpinan
1.      Perilaku kepemimpinan di PMII kelemahan dan kekuatan
2.      Citra diri pemimpin PMII
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XII
150 menit
Community organizing
1.      Urgensi dan tujuan CO
2.      Planning pengorganisasian
3.      Membangun basis
4.      Kerangka (setrategis, teknis, taktis) pengorganisasian masyarakat bagi pengembangan organisasi.
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XIII
120 menit
Analisis Issu
1.      Konstruksi antara need, interest, positioning, action dan issu
2.      Strategi pengemasan issu dalam perebutan wacana publik
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XIV
150 menit
Analisis wacana
1.      Teknik menganalisis teks/wacana
2.      Wacana sebagai bagian gerakan
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XV
120 menit
Analisis Media
1.      Pejarah dan perkembangan perang media di Indonesia
2.      Teknik menganalisis media
3.      Peranan media dalam membangun watak dan nalar masyarakat
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XVI
120 menit
Lobby dan Jaringan
1.      Teknik lobby
2.      Teknik membangun dan menjaga jaringan
1.      Ceramah/presentasi
2.      Dialog (tanya jawab)
3.      Diskusi Kelompok
4.      Study Kasus

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano
3.      Makalah / materi ceramah
XVII
120 menit
General Review
1.      Substansi dari materi-materi yang telah disampaikan
2.      Unsur-unsur kesinambungan antar materi yang telah disampaikan
3.      Urgensi stratak PMII sebagai dan posisioningnya dalam konteks ke-Indonesiaan dan global.
1.      Dialog (tanya jawab)
2.      Diskusi Kelompok

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano

XIII
60 Menit
RTL
1.      Identifikasi potensi, bakat-minat dan kecenderungan kader
2.      Bentuk-bentuk follow up
3.      Kesepakatan menagerial pengelolaan follow up
1.      Dialog (tanya jawab)
2.      Diskusi Kelompok

1.      Spidol/kapur tulis
2.      Papan tulis/kertas plano

XIV
60 menit
Evaluasi Dan Penutupan
-
-
-

  1. Follow Up
Follow Up harus dilakukan sebagai pilihan stratak dan pilihan positioning PMII sebagai organisasi gerakan dalan konteks ke Indonesiaan dan global, serta untuk membangun infrastruktur penguasaan medan gerakan PMII sekarang maupun kedepan dengan prinsip distribusi kader di semua lini.
Follow up yang dilaksanakan pasca PKL adalah  terbentuknya komunitas alumni PKL yang bertujuan untuk :-          Melakukan pendiskusian dan pendalaman atas materi-materi PKL agar terjadi kesepahaman pengetahuan                         bersama
-          Mencari ruang implementasi dilapanagan sebagai try out atas stratak gerakan PMII sesuai dengan kecenderungan           masing-masing
-          Sebagai wahana untuk melakukan refleksi atas try out stratak di lapangan


PENGKADERAN NON FORMAL DAN INFORMAL


                Sistem pengkaderan PMII selain mengenal pengkaderan formal basic juga mengenal pengkaderan non-formal dan informal. Sistem pengkaderan yang selama ini dilakukan oleh PMII baik formal, non-formal dan  informal, sebagian besar hanya berorientasi untuk mengembangkan kapasitas kader agar mampu mengisi ruang-ruang yang ada di PMII baik struktural maupun kultural berdasarkan dengan pemetaan dan kecenderungan kader serta mainstream besar PMII. Dengan Pola dan sistem pengkaderan seperti ini, akan terjadi banyak penumpukan kader di dalam tanpa ada upaya setrategis untuk melakuakn pembagian medan dan distribusi kader. Sehingga didalam PMII mempunyai kecenderungan terjadinya perebutan medan sesama kader. (SMS : Sahabat Makan Sahabat).
Pendidikan dan pelatihan non-formal maupun informal perlu dilakukan dan menjadi setrategis karena sebagai wahana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kader pada aras pengembangan kapasitas, skill pribadi (sesuai dengan kecenderungan dan keahlian fakultatif kader) serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi yang tidak hanya berorientasi untuk mengisi ruang-ruang kosong PMII (struktural dan kultural) tetapi harus dengan cara pandang ke depan dalam wilayah yang lebih besar dan setrategis. Sehingga pendidikan dan pelatihan ini harus, juga harus mampu memberikan ruang akselerasi kader diluar keluarga besar NU, yang tentunya berangkat dari pemetaan terhadap kelompok-kelompok setrategis. Dengan pola ini diharapkan PMII mampu berperan dalam melakukan distribusi kader di semua lini.

A.     KADERISASI INFORMAL
Dasar filosofi mengenai urgensinya kaderisasi informal ini adalah adanya keresahan bersama dalam keluarga besar PMII tentang adanya penurunan kwantitas kader secara sistematis. Sehingga terjadi ketidak seimbangan antara rekruitmen kader dengan output yang dihasilkan dari PMII.

Dari gambar tersebut di atas, bisa bisa melihat bahwa dari proses pengkaderan formal basic yang dialakukan oleh PMII (Mapaba, PKD dan PKL) terjadi penurunan kwantitas kader. Indikator yang mungkin bisa di jadikan sebagai ukuran adalah terjadinya penurunan jumlah peserta pelatihan, dari Mapaba, PKD dan PKL.Padahal idealnya adalah tetap terjadinya kontinyuitas pengkaderan badik dari sisi jumlah maupun kapasitas kader secara sistematis, sebagaimana idealnya yang tergambar dalam ruang-ruang kosong tersebut.
Maka pengkaderan informal lebih diorientasikan untuk menjaga ritme pengkaderan PMII (kwantitas dan kapasitas) dengan mengisi ruang-ruang kosong (lihat gambar di atas) sehingga mampu terjadi keseimbangan antara input dengan out put kader juga kesinambungan terhadap kerja-kerja  besar PMII untuk melaksanakan kaderisasi serta mendistribusikan kader di semua lini.
Beberapa kegiatan pengkaderan informal antara lain :

No
Bentuk
Orientasi
Jenis Kegiatan
1
Pra Mapaba
1.      Untuk sosialisasi dan memperkenalkan tahap awal keberaaan PMII
2.      Perekrutan kader
1.      Bimbingan test masuk perguruan tinggi
2.      Penyebaran selebaran , buletin dan pamflet
2
Small Group
1.      Untuk melakukan internalisasi nilai dan ideologi
2.      Pendalaman materi dan meningkatkan kapasitas keilmuan dan pengetahuan
3.      Ruang dan wahana untuk melakukan refleksi dan evaluasi bersama
4.      - Terbentuknya komunitas-komunitas kecil di PMII yang akan melakukan pengkajian dan merespon berbagai perkembangan dan isue-isue yang terjadi, baik lokal, nasional maupun global
1.      Diskusi
2.      Bedah buku
Nb : Kegiatan ini bisa dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan Follow Up pasca pengkaderan formal (Mapaba, PKD dan PKL)
3
Aksi-Aksi Sosial
1.      Untuk meneguhkan komitmen dan visi kerakyatan PMII
2.      Ruang aktualisasi kader-kader PMII di lapangan
3.      Merebut simpati massa
1.      Bakti sosial
2.      Live In
3.      Bazar
4
Struktur Kekeluargaan
1.      Terbangunya ikatan emosional antara kader PMII maupun dengan pengurus
2.      Terbangunya kebersamaan yang kuat
1.      Silaturahmi
2.      Tadabur alam
3.      Study tour
4.      Study banding
5
Politik Distribusi Kader
1.      Mencari dan membuka ruang baru untuk pendistribusian kader
2.      Merebut kepemimpinan seperti kepemimpinan di kampus
3.      Media pembelajaran kader
4.      - Terciptanya kantong-kantong massa mahasiswa
1.      Pelibatan kader dalam kepanitiaan kegiatan
2.     Mendidtribusikan kader pada kelompok-kelompok setrategis di kampus dan lainnya
6
Dll
-
-



B.     Kaderisasi Non-Formal
Kaderisasi Non-Formal lebih di tujukan untuk memenuhi dan menfasilitasi kebutuhan-kebutuhan kader, seperti pengembangan diri, skill dal lain-lain. Sehingga perlu di desain agar kaderisasi non-formal yang dilakukan benar-benar berangkat dari hasil pemetaan terhadap bakat-minat dan kecenderungan kader. Hal ini menjadi setrategis, karena sebagai proses dan tahapan awal untuk mencari medan dan mendistribusikan kader pasca PMII.
Pada fase ini, kaderisasi juga di rancang untuk melakukan pembacaan terhadap statak gerakan PMII sekarang dan ke depan, sebagai upaya untuk mencari posisioning PMII, yang keberadaanya sudah tidak bisa dipisahkan dari persoalan sejarah masa lalu serta dinamika nasional dan global.
Beberapa bentuk kagiatan dari kaderisasi non-formal adalah :

No
Kegiatan
Orientasi
Output Dan Out Come
Pelaksanaan
1
Palatihan Ke-Islaman
1.      Memberikan pemahaman tentang, prinsip dan nilai-nilai universalitas Islam
2.      Mencapai keseimbangan pemahaman tentang Islam antara kampus agama dan kampus umum
1.      Kader memahami prinsip dan nilai-nilai universalitas Islam
2.      Kader memiliki pemahaman atas pluralitas agama
3.      Toleransi sesama dan antar umat beragama
Pasca Mapaba / Pasca PKD
2
Pelatihan Bahasa Asing
1.      Memiliki kepampuan terhadap bahasa-bahasa asing

1.      Kader mampu menulis dan berbicara bahasa asing
2.      Kader yang siap berkompetisi dengan organisasi dan lembaga-lembaga lain 
Pasca Mapaba / Pasca PKD atau Pasca PKL
3
Pelatihan Administrasi dan Manajemen
1.      Memberikan pemahaman atas administrasi, keorganisasian dan managerial organisasi
2.      Mampu menutupi kelemahan-kelemahan administrasi di PMII yang merupakan masalah klasik PMII
1.      Kader mampu melakukan managerial organisasi
2.      Adanya rasa dan penghargaan terhadap administrasi dan manajemen keorganisasian
Pasca Mapaba / Pasca PKD
4
Pelatihan Jurnalistik
1.      Agar kader memuliki pemahaman tentang jurnalisme
2.      Agar mampu membaca logika dan nalar media
1.      Kader yang mampu membaca realitas media dan maenstream besar media dan jurnalisme
2.      Mempunyai media publik yang bisa diakses oleh kader dan masyarakat sebagai sebagai upaya untuk ikut membangun dan menguasai opini publik
Pasca Mapaba / Pasca PKD
5
Kursus Politik HAM dan Demokrasi
  1. Membangun pengetahuan dan prinsip-prinsip politik, HAM dan Demokrasi
  2. Membedakan dan memahami nalar dan logika politik
  3. Mampu menguasai atau mengambil kepemimpinan kelompok-kelompok setrategis baik dikampus maupun di gerakan
1. Memiliki pemahamahan yang memadai tentang politik; HAM dan Demokrasi
2. Mengetahui relasi politik dan kekuasaan
3. Mengetahui tentang etika politik dan kekuasaan
4. Mengenal, menyadari dan memahami hak-hak politiknya sebagai warga negara
5. Mampu membedakan antara praktik politik yang etis dan distorsi dalam politik


Pasca PKD atau Pasca PKL
6
Pelatihan Analisa Sosial
  1. Mampu membaca dan menganalisa siyuasi sosial baik yang terjadi di lokal, nasional maupun globa
  2. Pembacaan yang diharapkan mampu memberikan input terhadap stratak PMII untuk menempatkan posisioning PMII
1. Memiliki wawasan yang memadai tentang konsep analisis sosial dan kelompok strategis
2. Memahami model-model, fungsi, prinsip-prinsip, dan langkah-langkah analisis sosial, terutama untuk melakukan pemetaan (poleksosbud) kelompok strategis di masyarakat lokal
3. Memiliki kesadaran kritis dan kepekaan tinggi terhadap gejala perubahan sosial yang terjadi di masyarakat di mana dia berada (tingkat lokal)

Pasca PKD atau Pasca PKL
7

Pelatihan Advokasi (Buruh, Nelayan, KMK, Lingkungan, Petani, kebijakan publik  dll)
  1. Meneguhkan komitmen visi kerakyatan PMII
  2. Memahami Advokasi (Buruh, Nelayan, Petani, KMK, Kebijakan Publik, Lingkungan dll)
1.           Mampu melakukan Advokasi
2.           Bisa melakukan pendampingan terhadap masyarakat
Pasca PKD atau Pasca PKL
8
Pelatihan CO
1. Bisa melakukan pengorganisasian di masyarakat
1. Miliki wawasan yang memadai tentang konsep pengorganisasian masyarakat;
2. Memahami fungsi, prinsip-prinsip, model-model pendekatan dan langkah-langkah dalam melakukan pengorganisasian masyarakat;


Pasca PKD atau Pasca PKL
9
Manajemen Komunikasi
1.           Mampu melakukan komunikasi yang sistematis dan efektif
2.           Menguasai dan membangun opini di masyarakat
3.           Terbangunnya jaringan setrategis
1. mengetahui konsepsi dan arti penting retorika, manajemen issues dan jaringan informasi strategis (JIS);
2. Tembangunnya opini publik;
Pasca Mapaba / Pasca PKD
10
Sekolah Filsafat Dan Teori–Teori Sosial
1.      Membangun kembali citra PMII sebagai kelompok intelektual
2.      Menjadikan landasan filsafat dan teori sosial dalam merumuskan stratk PMII
1. Memiliki pemahaman yang memadai tentang konsepsi dasar ideologi, filsafat dan teori-teori sosial lainnya


Pasca Mapaba / Pasca PKD
11
Pendidikan Seni dan Budaya
1.      Membuka ruang baru bagi PMII
2.      Memenuhi kebutuhan-kebutuhan kader yang konsen terhadap dunia seni dan budaya
1. Terbentuknya kemunitas seni dan budaya di PMII seperti kelompok teater, rebana dll
Pasca Mapaba / Pasca PKD
12
Pelatihan Gender
1.   Membangun kesetaraan Gender

1. Pengakuan terhadap hak, ruang dan partisipasi  perempuan
Pasca Mapaba / Pasca PKD
13
Pelatihan Metodologi penelitian
1.      Menutupi dan mengisi ruang-ruang kosong PMII khususnya mengenai metodologi penelitian
1. Peran dan andil PMII dalam melakukan penelitian-penelitian sebagai alat bantu dalam malaukan analisa dan merumuskan stratk
Pasca Mapaba / Pasca PKD atau Pasca PKL
14
Pelatihan Kefasilitatoran
1.            Terjadinya regenerasi
2.           Terorganisirnya pelatihan-pelatihan di PMII
3.            Tercapainya target-target pelatihan dan pendidikan lainnya
1.            Adanya instruktur-instruktur yang handal dan memenuhi kualifuikasi
Pasca Mapaba / Pasca PKD
15
Petatihan-pelatihan fakultatif
1.          PMII memiliki kader-kader yang ahli terhadap disiplin dan skill tertentu
2.          Untuk mempersiapkan distribusi kader
1. Kader yang ahli dalam disiplin ilmu dan skill tertentu, seperti ekonomi, hukum, teknik, kewirausahaan dll
Pasca Mapaba / Pasca PKD atau Pasca PKL
16
Dll
-
-
-